#12th day
Tadarus LITAPDIMAS seri 4 kali ini membincang tentang perempuan "Bukalah Mata pada Perempuan: Daulat Tubuh dan Tahta". Ada dua hasil penelitian yang dibedah yaitu hasil penelitian Irma Riyani berjudul Islam, Women's Sexuality and Patriarchy in Indonesia dan hasilpenelitian Nur Said berjudul Ratu Kejayaan Maritim Nusantara: Relasi Kuasa Ratu Kalinyamat di Tengah Hegemoni Lelaki dalam Masyarakat Pesisir.
Pernikahan menginplikasi relasi antara suami-istri, tetapi secara substansi perempuan bukan subordinat laki-laki di wilayah manapun. Kalau dikatakan bahwa laki-laki adalah imam perempuan, itu dalam relasi suami istri, tetapi dlm relasi ortu dan anak, seorang ibu tiga kali lebih utama derajatnya dibanding seorang ayah. Di wilayah umum, perempuan tidak dinilai dari keperempuanannya tapi lebih dari aspek manusia, sebagaimana dalam urusan pekerjaan yang dijunjung profesionalisme.
Sebagian kalangan masih menganggap bahwa istri menempati posisi kedua dalam rumah tangga, yang menjadi kepala adalah suami, maka istri harus taat pada suami. Anggapan tersebut seringkali didasarkan pada surat An-Nisa' ayat 34 yang artinya kira-kira bahwa laki-laki merupakan pemimpin perempuan. Laki-laki memiliki kelebihan dan mampu memberikan nafkah kepada istri dan keluarga.
Tidak semua laki-laki bisa bisa menjadi seperti yang digambarkan dalam An-Nisa 34 itu. Ayat tersebut menggunakan kata الرجال (laki-laki tertentu), yaitu laki-laki atau suami yang memiliki kelebihan dan mampu memberikan nafkah. Karena itu, apabila kelebihan tersebut tidak terpenuhi, maka sebagian ulama berpendapat bahwa kepemimpinan laki-laki dalam keluarga menjadi batal.
Relasi suami-istri itu dibangun atas dasar prinsip keadilan, kesetaraan dan kesalingan (mu'asyarah bi al-ma'ruf). Istri bukanlah bawahan (sub-ordinat) suami. Saling menghormati dan menghargai hak dan kewajiban masing-masing pasangan adalah pilar rumah tangga.
0 Komentar